Tugas Terstruktur 02

 ANDHIKA BARRY YUDHISTIRA

(41324010024)

TEKNIK MESIN

TAGLINE

Ekspresi tanpa batas, lewat musik dan visual


Belajar dari Keberhasilan KFC dan Kegagalan Blackberry: Analisis Wirausaha dari Perspektif Motivasi, Etika, dan Mindset

Pendahuluan

Dunia kewirausahaan penuh dengan kisah inspiratif tentang orang-orang yang berhasil mengubah ide sederhana menjadi bisnis global. Namun, di sisi lain, ada pula kisah menyedihkan dari perusahaan besar yang gagal beradaptasi dan akhirnya tumbang. Kedua sisi ini sangat penting dipelajari karena kesuksesan dan kegagalan sama-sama memberikan pelajaran berharga.

Tulisan ini membahas dua studi kasus kontras. Pertama, kisah keberhasilan KFC (Kentucky Fried Chicken), sebuah perusahaan waralaba makanan cepat saji yang lahir dari tekad dan ketekunan Colonel Harland Sanders. Kedua, kisah kegagalan Blackberry, perusahaan ponsel pintar yang sempat menjadi raja di industrinya, tetapi hancur karena salah strategi. Analisis difokuskan pada motivasi, etika, mindset, serta dampak yang timbul dari masing-masing kasus.

* Studi Kasus Keberhasilan: KFC

- Latar Belakang

Kisah KFC berawal dari sosok Colonel Harland Sanders. Ia lahir di Indiana, Amerika Serikat, pada 1890. Sanders menjalani hidup penuh kegagalan: sering berpindah pekerjaan, sempat menjadi sopir truk, bahkan sempat dipecat dari beberapa pekerjaannya. Pada usia 40-an, ia mengelola pompa bensin di Corbin, Kentucky, dan mulai memasak ayam goreng bagi pengunjung. Resep ayam goreng dengan 11 bumbu rahasia itu ternyata sangat digemari.

Sayangnya, ketika jalan raya baru dibangun dan mengalihkan arus lalu lintas, restoran Sanders kehilangan pelanggan. Ia sempat bangkrut. Namun, bukannya menyerah, pada usia 65 tahun, ia berkeliling dari satu restoran ke restoran lain menawarkan waralaba ayam gorengnya. Sanders sempat ditolak lebih dari seribu kali sebelum akhirnya ada investor yang mau bekerja sama. Dari sinilah lahir waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC).

Kini, KFC telah berkembang menjadi salah satu jaringan makanan cepat saji terbesar di dunia dengan lebih dari 25.000 gerai di lebih dari 145 negara.

- Motivasi

Motivasi Sanders sangat kuat dan berlapis. Dari sisi internal, ia memiliki passion yang besar dalam memasak. Keinginan untuk menghasilkan ayam goreng dengan cita rasa unik mendorongnya untuk terus mencoba meski berkali-kali gagal. Selain itu, tekad pribadinya untuk tetap bekerja meskipun sudah pensiun menjadi pendorong luar biasa.

Dari sisi eksternal, faktor ekonomi juga memainkan peran penting. Sanders hidup di masa sulit, sehingga kebutuhan finansial membuatnya terus mencari jalan keluar. Pada saat yang sama, masyarakat Amerika mulai terbuka dengan konsep makanan cepat saji, yang semakin memperkuat peluang KFC untuk berkembang.

- Etika dan Tanggung Jawab Sosial

Sejak awal, KFC membangun reputasi dengan konsistensi rasa dan kualitas produk. Standar waralaba dibuat jelas agar setiap gerai di seluruh dunia memberikan pengalaman rasa yang sama. Etika bisnis juga terlihat dari model kemitraan waralaba yang memberi peluang bagi banyak pengusaha lokal untuk berkembang.

Namun, dalam perjalanannya, KFC menghadapi kritik, misalnya terkait isu kesehatan (karena fast food dianggap tidak sehat) dan lingkungan. Sebagai respon, perusahaan mencoba menyesuaikan diri dengan menyediakan menu yang lebih sehat, seperti grilled chicken dan salad, serta melakukan inovasi dalam pengemasan ramah lingkungan. Upaya ini mencerminkan tanggung jawab sosial perusahaan yang berusaha menyeimbangkan keuntungan dengan kebutuhan konsumen.

- Mindset

Mindset Colonel Sanders adalah growth mindset sejati. Ia tidak melihat usia tua atau kegagalan berulang sebagai akhir, melainkan sebagai bagian dari proses. Meski ditolak lebih dari seribu kali, ia tetap mencoba. Mindset pantang menyerah ini menjadi fondasi kesuksesan KFC.

Selain itu, KFC juga menunjukkan opportunity-oriented mindset. Mereka melihat peluang besar dalam sistem waralaba pada era ketika masyarakat mulai menyukai makanan cepat saji. Fleksibilitas ini membuat KFC mampu memperluas pasar dengan cepat dan bertahan hingga kini.

- Dampak

Keberhasilan KFC membawa dampak luas.

Ekonomi: menciptakan jutaan lapangan kerja di seluruh dunia dan menjadi salah satu waralaba paling menguntungkan.

Sosial: memperkenalkan budaya fast food yang kemudian diikuti banyak brand lain.

Inspirasi: kisah Colonel Sanders menjadi bukti bahwa usia bukanlah penghalang untuk sukses.

* Studi Kasus Kegagalan: Blackberry

- Latar Belakang

Blackberry, yang diproduksi oleh Research in Motion (RIM) di Kanada, pada awal 2000-an adalah simbol ponsel pintar modern. Dengan fitur unggulan seperti keyboard QWERTY, push email, dan Blackberry Messenger (BBM), Blackberry sangat populer di kalangan profesional dan perusahaan.

Pada tahun 2009, Blackberry menguasai hampir 20% pasar smartphone global. Namun, segalanya berubah ketika Apple meluncurkan iPhone pada 2007 dengan layar sentuh penuh, dan Google mengembangkan Android yang mendukung ribuan aplikasi. Konsumen mulai menginginkan ponsel multifungsi dengan pengalaman multimedia, bukan hanya alat komunikasi bisnis. Blackberry terlambat merespons tren ini.

Hingga akhirnya, pada 2016, Blackberry menghentikan produksi ponselnya. Merek yang dulu begitu kuat kini hanya menjadi sejarah.

- Motivasi

Pada masa kejayaan, motivasi Blackberry adalah menjaga dominasinya di kalangan korporasi. Namun, motivasi internal ini berubah menjadi kepuasan semu. Manajemen merasa terlalu percaya diri bahwa pasar akan selalu membutuhkan keyboard fisik dan BBM.

Dari sisi eksternal, tekanan kompetitor seharusnya menjadi pemicu inovasi. Namun, Blackberry gagal memanfaatkannya. Mereka lebih sibuk mempertahankan fitur lama ketimbang mengembangkan teknologi baru yang diinginkan konsumen.

- Etika dan Tanggung Jawab Sosial

Blackberry sebenarnya tidak memiliki masalah etika publik besar, tetapi masalah muncul dalam etika kepemimpinan internal. Manajemen tidak mendengarkan masukan dari tim teknis dan pasar. Budaya perusahaan menjadi birokratis, menutup ruang inovasi, dan menghambat perkembangan.

Banyak konsumen kecewa karena produk yang dirilis tidak sesuai dengan kebutuhan zaman. Ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi ekspektasi konsumen bisa dianggap sebagai bentuk pengabaian terhadap tanggung jawab sosial.

- Mindset

Mindset yang ditunjukkan Blackberry adalah fixed mindset. Mereka percaya bahwa kesuksesan masa lalu akan terus berlanjut. Fitur-fitur seperti BBM dan keyboard QWERTY dianggap cukup untuk mempertahankan konsumen. Padahal, tren pasar sudah bergeser ke layar sentuh dan ekosistem aplikasi terbuka.

Keterlambatan dalam mengadopsi Android semakin memperburuk keadaan. Saat mereka akhirnya mencoba masuk ke pasar Android, merek Blackberry sudah kehilangan daya tarik.

- Dampak

Kegagalan Blackberry membawa dampak luas.

Ekonomi: ribuan karyawan kehilangan pekerjaan, dan nilai perusahaan jatuh drastis.

Sosial: banyak konsumen kecewa karena kehilangan merek yang dulu bergengsi.

Industri: Blackberry menjadi contoh klasik kegagalan perusahaan besar yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi.

Analisis Perbandingan

Jika dibandingkan, KFC dan Blackberry menunjukkan dua arah berbeda dari perjalanan kewirausahaan.

Dari sisi motivasi, Colonel Sanders berjuang karena passion pribadi dan kebutuhan ekonomi, sementara Blackberry kehilangan motivasi setelah berada di puncak. Sanders melihat peluang, sementara Blackberry mengabaikan tekanan pasar.

Dari sisi etika, KFC membangun reputasi dengan konsistensi dan membuka peluang bagi banyak pengusaha waralaba, meski kemudian perlu menyesuaikan dengan isu kesehatan. Blackberry, sebaliknya, gagal dalam etika kepemimpinan karena menolak mendengarkan masukan dari pasar maupun tim internal.

Dari sisi mindset, KFC memperlihatkan growth mindset yang pantang menyerah, sementara Blackberry terjebak pada fixed mindset. Sanders terus mencoba meski berkali-kali gagal, sedangkan Blackberry terlalu percaya diri dengan keunggulan lama dan menolak beradaptasi.

Dari sisi dampak, KFC tumbuh menjadi waralaba global dengan kontribusi besar pada ekonomi dan lapangan kerja, sedangkan Blackberry runtuh, kehilangan pangsa pasar, dan menjadi contoh kegagalan inovasi.

- Kesimpulan dan Rekomendasi

Pelajaran Penting

Ada beberapa pelajaran utama yang bisa dipetik dari dua kasus ini. Pertama, ketekunan dan passion bisa membawa kesuksesan. Sanders membuktikan bahwa dengan motivasi internal yang kuat, seseorang bisa mengubah kegagalan berulang menjadi peluang besar.

Kedua, pasar selalu berubah, dan perusahaan harus siap beradaptasi. Blackberry gagal karena tidak mau membaca tren baru. Ketiga, etika bisnis dan tanggung jawab sosial adalah bagian penting dari keberlangsungan usaha. KFC yang awalnya hanya fokus pada rasa, akhirnya harus menyesuaikan diri dengan tuntutan konsumen modern. Keempat, mindset menentukan arah usaha. Growth mindset melahirkan keberhasilan global, sementara fixed mindset bisa menghancurkan perusahaan besar.

Rekomendasi untuk Calon Wirausaha

Jangan pernah menyerah pada penolakan. Penolakan adalah bagian dari proses, seperti yang dialami Colonel Sanders.

Selalu ikuti perkembangan pasar. Jangan puas dengan pencapaian saat ini karena perubahan bisa terjadi kapan saja.

Bangun etika bisnis sejak awal. Kepercayaan konsumen dan mitra adalah aset yang tak ternilai.

Pelihara growth mindset. Anggap kegagalan sebagai pembelajaran, bukan sebagai akhir.

Sumber

Sanders, H. (1974). Life As I Have Known It Has Been Finger Lickin’ Good.

Kompas. (2021). Kisah Colonel Sanders dan Perkembangan KFC.

McNish, J., & Silcoff, S. (2015). Losing the Signal: The Untold Story Behind the Extraordinary Rise and Spectacular Fall of Blackberry.

BBC News. (2016). Blackberry to Stop Making Phones.


Comments

Popular posts from this blog

NADA BEBAS