Tugas Mandiri 10

    ANDHIKA BARRY YUDHISTIRA(AE22)

(41324010024)

TEKNIK MESIN

TAGLINE

Ekspresi tanpa batas, lewat musik dan visual

Observasi Lingkungan dan Pengembangan Ide Bisnis Inovatif

Regulasi dan Tantangan Bisnis Internasional

Analisis Ekspor Kopi Arabika Indonesia ke Jepang


Pendahuluan

Globalisasi membuka peluang besar bagi pelaku usaha Indonesia untuk memperluas pasar ke tingkat internasional. Namun, ekspansi ke pasar global tidak hanya menuntut daya saing produk, tetapi juga pemahaman yang kuat terhadap regulasi perdagangan internasional serta tantangan operasional lintas negara. Tugas ini membahas analisis regulasi ekspor-impor dan tantangan bisnis internasional dengan studi kasus ekspor kopi Arabika Indonesia ke Jepang, salah satu pasar utama kopi premium dunia.


Bagian I: Analisis Regulasi dan Hambatan Perdagangan

1. Penetapan Produk dan Target Pasar Global

Produk yang dipilih dalam analisis ini adalah Kopi Arabika Indonesia, khususnya kopi specialty yang berasal dari daerah seperti Gayo, Toraja, dan Kintamani. Kopi Arabika Indonesia memiliki keunggulan berupa karakter rasa yang khas, kualitas premium, serta reputasi baik di pasar internasional.

Negara target utama ekspor adalah Jepang. Jepang merupakan salah satu importir kopi terbesar di Asia dengan konsumen yang memiliki preferensi tinggi terhadap kualitas, keamanan pangan, dan konsistensi produk. Selain itu, hubungan dagang Indonesia–Jepang yang telah lama terjalin membuka peluang akses pasar yang relatif stabil.


2. Analisis Regulasi Ekspor di Indonesia

Klasifikasi Produk (HS Code)

Kopi Arabika dalam bentuk biji kopi hijau (green coffee beans) diklasifikasikan dalam HS Code 0901.11 (Coffee, not roasted, not decaffeinated). HS Code ini digunakan secara internasional untuk mengidentifikasi jenis barang, menentukan tarif bea masuk, serta menjadi acuan dalam pengurusan dokumen kepabeanan dan statistik perdagangan.

Dokumen Ekspor Dasar

Tiga dokumen utama yang wajib disiapkan dalam proses ekspor kopi dari Indonesia adalah:

  1. Commercial Invoice, yang berisi informasi nilai transaksi, identitas penjual dan pembeli, serta deskripsi barang.

  2. Packing List, yang menjelaskan rincian pengemasan, berat, jumlah karung, dan volume pengiriman.

  3. Bill of Lading (B/L) atau Air Waybill (AWB), yang berfungsi sebagai bukti pengiriman barang serta dokumen kepemilikan selama proses pengangkutan.

Dokumen-dokumen ini menjadi dasar pemeriksaan oleh Bea Cukai Indonesia maupun otoritas negara tujuan.

Perizinan Khusus

Salah satu dokumen penting dalam ekspor kopi adalah Surat Keterangan Asal (SKA). SKA diperlukan untuk membuktikan bahwa kopi berasal dari Indonesia dan berfungsi untuk memperoleh fasilitas tarif preferensi berdasarkan perjanjian dagang antara Indonesia dan Jepang.


3. Analisis Regulasi Impor Negara Target (Jepang)

Tarif Bea Masuk

Secara umum, kopi hijau yang diimpor ke Jepang dikenakan tarif bea masuk yang relatif rendah. Melalui skema Indonesia–Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), kopi asal Indonesia berpotensi memperoleh tarif preferensi hingga 0%, asalkan disertai dokumen SKA yang valid.

Hambatan Non-Tarif (Non-Tariff Barriers)

Hambatan non-tarif utama yang dihadapi ekspor kopi ke Jepang adalah standar keamanan pangan dan karantina. Jepang menerapkan regulasi ketat terkait residu pestisida, kontaminasi mikroba, dan kebersihan produk.

Untuk mengatasi hambatan ini, eksportir harus memastikan proses pascapanen, penyimpanan, dan pengemasan dilakukan sesuai standar internasional. Sertifikasi seperti Good Agricultural Practices (GAP) dan hasil uji laboratorium menjadi strategi penting untuk memenuhi persyaratan tersebut.


Bagian II: Tantangan dan Strategi Perdagangan Lintas Negara

4. Penetapan dan Risiko Incoterms

Incoterms yang dipilih untuk transaksi awal adalah FOB (Free On Board). Incoterms ini dipilih karena relatif aman bagi eksportir pemula, mengingat tanggung jawab penjual berakhir ketika barang telah dimuat di atas kapal di pelabuhan Indonesia.

Pada skema FOB, transfer risiko terjadi saat barang melewati pagar kapal (ship’s rail) di pelabuhan muat. Setelah titik tersebut, risiko kerusakan atau kehilangan barang menjadi tanggung jawab pembeli. Hal ini membantu eksportir mengendalikan risiko logistik internasional pada tahap awal ekspansi.


5. Strategi Manajemen Risiko Lintas Negara

TantanganDampak PotensialStrategi Mitigasi
Fluktuasi Nilai TukarPenurunan margin laba akibat pelemahan rupiah atau yenMenetapkan harga dalam USD atau JPY serta menggunakan kontrak lindung nilai (hedging)
Sengketa PerdaganganPenolakan pembayaran atau klaim kualitasKontrak tertulis yang jelas, klausul arbitrase internasional, dan asuransi ekspor

Strategi mitigasi ini penting untuk menjaga stabilitas keuangan dan keberlanjutan hubungan bisnis jangka panjang.


6. Pertimbangan Etika dan Budaya Bisnis

Salah satu aspek budaya penting dalam bisnis Jepang adalah penghargaan terhadap hierarki dan formalitas. Pengambilan keputusan umumnya dilakukan secara kolektif dan membutuhkan waktu.

Dalam implementasi strategi, eksportir Indonesia perlu menyesuaikan gaya komunikasi dengan pendekatan yang sopan, formal, dan berbasis kepercayaan jangka panjang. Penyampaian proposal bisnis yang terstruktur, tepat waktu, dan konsisten akan meningkatkan kredibilitas di mata mitra Jepang.


Kesimpulan

Ekspor kopi Arabika Indonesia ke Jepang memiliki potensi besar, namun menuntut pemahaman mendalam terhadap regulasi ekspor-impor, Incoterms, serta tantangan lintas negara. Dengan pemenuhan dokumen yang tepat, strategi mitigasi risiko yang matang, dan adaptasi terhadap budaya bisnis Jepang, wirausaha Indonesia dapat meningkatkan peluang sukses di pasar global secara berkelanjutan.

Comments

Popular posts from this blog

NADA BEBAS

Tugas Terstruktur 02

Tugas Mandiri 02